“Nanti sampah plastiknya dibawa pulang ya mas.” Kang Sakir
sekali lagi mewanti-wanti kami untuk
tidak meninggalkan sampah plastik di sekumpulan rumah di daerah Deles, Klaten,
Jawa Tengah itu. Tentu, saja pemukiman yang terdiri dari 7 rumah dengan 33 jiwa
itu terlalu kecil untuk disebut dusun. Gigirpasang namanya, sebuah pemukiman kecil
yang menantang untuk dicapai. Tidak ada jalur sepeda motor ke sana. ya, kamu
harus menyusuri anak tangga selama 45 menit untuk sampai ke gerbang pemukiman.
Benar, kampung kecil itu hanya bisa dicapai dengan berjalan kaki melalui rute
yang menantang : selepas jalan desa engkau akan melewati jalan setapak, diikuti
dengan jalan menurun yang berbelok-belok menuruni jurang di lereng tenggara
Merapi tersebut, menyeberangi lembah sempit, jalan akan berubah terjal dan
engkau harus menyusuri ratusan anak tangga batu dan semen yang untuk
mencapainya.
Sebuah pemandangan menakjubkan yang selama ini barangkali
hanya kamu lihat dalam film kungfu terpapar di depanmu : anak tangga yang
sangat tinggi, dengan sebuah gerbang di atas bukit sana menantimu. Itulah
Kampung Gigirpasang. Kampung yang terdiri dari satu keluarga besar yang
membangun budaya unik khas milik brayat Gigirpasang.
Tak sepotong sampah plastikpun boleh ditinggalkan para tamu.
Alam adalah suci dan kehormatannya tak boleh dicemari. Jangan pernah pula
membawa makanan-makanan instan ke kampung itu, dengan santun mereka akan
menolak kehadirannya. Dan setiap kali mereka akan menebang pohon untuk
mendirikan rumah atau gawe keluarga, mereka
wajib terlebih dahulu menanam pohon penggantinya. Tidak untuk generasi mereka,
tetapi bagi anak-anak dan cucu mereka kelak, persis sebagaimana dulu kakek dan
nenek mereka menanam pohon sebagai warisan hidup bagi generasi-generasi sesudahnya.
Gigirpasang adalah spirit yang hidup menjadi tradisi. Tanpa
proposal atau naskah akademik, ia adalah keutamaan yang tertanam jauh sebelum
gelisah modernitas menemukan kata-kata dan perjuangannya. Penghormatan pada
bumi yang mengendap menjadi refleks dan insting hidup keseharian. Dan hati kita
takjub penuh hormat padanya.