16.10.15

Melampaui bela negara, jalan lain nation building

Program bela negara kementerian pertahanan jelas bertujuan ideologis daripada praktis. Ia adalah senjata bermatra ganda : meneguhkan kembali kebangsaan pada tingkat metanarasi sebagai pengunci pertahanan nasional di lapis psikologis rakyat setelah bertahun-tahun lamanya keindonesiaan terabaikan bahkan terinjak-injak; kedua, dalam efek negatif terbukanya peluang manipulasi imaji kebangsaan oleh kekuasaan, yang membangun kembali peluang kontrol oleh paradigma keamanan terhadap masyarakat. Dan persis di ranah inilah suara minor bergema mengkritisi rencana kementerian pertahanan tersebut.

momentum politik negara integralistik
Upaya untuk menguasai kembali imaji hidup bersama inilah yang mendapat penentangan kuat dari sebagian besar kalangan, khususnya aktivis gerakan sosial yang melihat ancaman menguatnya kembali militer dan negara vis a vis rakyatnya. Terlebih ia secara lebar membuka ancaman pelemahan lebih jauh rakyat vis a vis negara (dan pasar), yang notabene sangat terasa di tengah kelumpuhan gerakan hak-hak asasi manusia di Indonesia pasca 1998.
Di sisi lain, kementerian pertahanan cukup sabar menantikan kematangan (atau kelelahan?) masyarakat untuk menerima kembali gagasan negara kuat. Gagasan negara kuat sendiri Bela negara diandaikan menjadi prakondisi lahirnya kembali keindonesiaan yang selama ini terpinggirkan oleh fundamentalisme religius dan fundamentalisme budaya Barat. Fundamentalisme modal sendiri jelas dipandang secara ambigu di antara para pendukung gagasan negara kuat. Ada keretakan antara nasionalis romantis yang lebih mendukung nasionalisme ekonomi daripada pengusaha pendukung integrasi total pasar bebas.