Aku melihat seorang gelandangan
dengan tubuh sangat kurus di pinggir jalan Cik Di Tiro, utara Gramedia. Aku
melewatinya, tapi aku gelisah dan mengeceknya. Dia masih bernafas. Aku mampir
mencari minuman dan roti di warung di dekatnya. Tidak ada roti. Aku membeli air
kemasan dan meletakkan di sampingnya.
Aku masuk dan membaca buku di
Gramedia. Sebuah buku besar jatuh berdebum di belakangku. Aku melirik. Aku diam
saja. Ada seorang pemuda mencari buku, melihat buku jatuh itu, dan ia diam
saja. Seorang perempuan sedikit lebih tua, melakukan hal yang sama. Satu jam
lebih buku itu di sana. Aku tetap membaca tak jauh dari situ. Sekali-kali
melirik ke buku itu. Beberapa orang yang lain datang dan mengulangi hal yang
sama. Aku melihat jamku. Waktuku kembali ke rumah. Aku meletakkan buku
yang aku baca kembali ke tempatnya. Aku memungut buku itu dan mengembalikan
pada tempatnya.
Aku di shelter trans Jogja, ada
seorang pemuda salah turun. Dia bertanya pada penjaga shelter, yang juga tidak
tahu tempat itu. Aku yang duduk di dekatnya berdiri dan memberi tahu, nanti di
shelter dekat kali Code mas.” Dia tersenyum dan berterimakasih. Dia duduk di
bangku yang semula aku duduki.
Menjelang perempatan Kantor Pos
Besar, ada seorang bapak naik dengan menggendong anaknya. Tidak jauh dariku.
Tetapi bis penuh. Aku diam saja, dengan alasan bis terlalu penuh. Di shelter
depannya banyak penumpang turun, bapak dan anak itu berjalan ke begian belakang
bis. Sepertinya mereka mendapat tempat duduk.
Aku pulang berjalan menuju rumah.
Beberapa anak kecil bermain dengan sepedanya. “Tapi jangan melindas kadalnya
ya” Kata salah seorang gadis mungil di situ.”Kadal yang mana?” lalu mereka
merubungi kadal di tengah jalan. Aku melewatinya, kadal itu setengah mati
terlindas kendaraan, isi perutnya keluar tetapi ekor dan kepalanya masih
bergerak-gerak.
Kalau aku punya anak nanti, persetan
dengan les sekolah, kursus komputer, Bahasa Inggris, dan musik. Aku akan
mencari kursus yang bisa mengajari anak-anakku untuk gelisah tentang kadal itu.