Kepada hidup yang menebarkan damai
(sebuah catatan Ritual Syukur Lingkarmuda, Maret 2011)
Gadis-gadis itu menari. Sebuah boneka dalam gendongan,
sebuah payung kertas tersandar di bahu, dan kaki-kaki mereka kuat menapak
kendhi-kendhi air. Tari Bondhan namanya.
Dan mereka sedang menarikan doa.
Gadis-gadis dusun Gumuk, Dukun, Magelang itu sedang
memerankan Nyai Bondhan Kejawan, perempuan pamomong
Dewi Sri, sang dewi padi, dewi utama dalam mitologi masyarakat Jawa. Di ujung
doa yang dilantunkan sesepuh desa, mereka laksana dewi-dewi pamomong yang
membawa semua harapan ke surga.
Kami sedang merayakan ritual atas selesainya pemasangan pipa
di dusun-dusun di lereng Merapi. Sebuah upacara tradisi melengkapi laku fisik
yang kami lakukan; mengangkat seluruh karya bersama yang kami lakoni berbulan-bulan lamanya; membawanya
ke altar bumi Merapi; menyatukannya dengan tanah, pepohonan, air, bebatuan,
serta para leluhur penjaga gunung dan sungai di bentang gunung.
Sepanjang hari itu, kami anak-anak Merapi bersepakat memperbaharui
kembali diri kami : dalam kesetiaan kepada diri
kami sendiri untuk menerima dan menghayati hidup yang tak selalu mudah,
dalam paseduluran yang dikukuhkan tantangan
alam dan kebudayaan Merapi, dalam dialog
dengan alam dan segenap benih cinta yang hidup bertumbuhan di dalamnya,
dan dalam kesatuan kami dengan Sang Ada yang menjadi awal segala sesuatunya. Dalam
empat kesadaran itu kami ada dan memanusia.
Dari dusun-dusun yang berbeda, setiap dari kami membawa satu
kendhi air dan sesajen sederhana. Disatukan menjadi doa dalam sesajian prasaja ala desa : nasi tumpeng, ingkung, hasil bumi, bunga-bunga, dan air lambang kehidupan. Asap
dupa dan kemenyan merebak merangkum semua sesajian dan jiwa-jiwa kami. Doa dan
harapan menziarahi lambang-lambang sebelum mengangkasa. Sesajian menjelma
menjadi kata-kata cinta kepada semesta.
Lincah gadis-gadis kecil itu terus menari. Menarikan hati
yang penuh syukur, melantunkan doa dalam gerakan. Dalam keseluruhan hidup yang
meraga, dalam gerak sukma mengalirkan cinta, suka duka hidup merentang
merengkuh jaman. Dan kemanusiaan kami diteguhkan.
Demikianlah kami menjaga api.