18.12.14

Kepada hidup yang menebarkan damai

Kepada hidup yang menebarkan damai
(sebuah catatan Ritual Syukur Lingkarmuda,  Maret 2011)
Gadis-gadis itu menari. Sebuah boneka dalam gendongan, sebuah payung kertas tersandar di bahu, dan kaki-kaki mereka kuat menapak kendhi-kendhi air. Tari Bondhan namanya.  Dan mereka sedang menarikan doa.
Gadis-gadis dusun Gumuk, Dukun, Magelang itu sedang memerankan Nyai Bondhan Kejawan, perempuan pamomong Dewi Sri, sang dewi padi, dewi utama dalam mitologi masyarakat Jawa. Di ujung doa yang dilantunkan sesepuh desa, mereka laksana dewi-dewi pamomong yang membawa semua harapan ke surga.
Kami sedang merayakan ritual atas selesainya pemasangan pipa di dusun-dusun di lereng Merapi. Sebuah upacara tradisi melengkapi laku fisik yang kami lakukan; mengangkat seluruh karya bersama yang kami lakoni berbulan-bulan lamanya; membawanya ke altar bumi Merapi; menyatukannya dengan tanah, pepohonan, air, bebatuan, serta para leluhur penjaga gunung dan sungai di bentang gunung.
Sepanjang hari itu, kami anak-anak Merapi bersepakat memperbaharui kembali diri kami : dalam kesetiaan kepada diri kami sendiri untuk menerima dan menghayati hidup yang tak selalu mudah, dalam paseduluran yang dikukuhkan tantangan alam dan kebudayaan Merapi,  dalam dialog  dengan alam dan segenap benih cinta yang hidup bertumbuhan di dalamnya, dan dalam kesatuan kami dengan Sang Ada yang menjadi awal segala sesuatunya. Dalam empat kesadaran itu kami ada dan memanusia.
Dari dusun-dusun yang berbeda, setiap dari kami membawa satu kendhi air dan sesajen sederhana. Disatukan menjadi doa dalam sesajian prasaja ala desa : nasi tumpeng, ingkung, hasil bumi,  bunga-bunga, dan air lambang kehidupan. Asap dupa dan kemenyan merebak merangkum semua sesajian dan jiwa-jiwa kami. Doa dan harapan menziarahi lambang-lambang sebelum mengangkasa. Sesajian menjelma menjadi kata-kata cinta kepada semesta.
Lincah gadis-gadis kecil itu terus menari. Menarikan hati yang penuh syukur, melantunkan doa dalam gerakan. Dalam keseluruhan hidup yang meraga, dalam gerak sukma mengalirkan cinta, suka duka hidup merentang merengkuh jaman.  Dan kemanusiaan kami diteguhkan. Demikianlah kami menjaga api.